Strategi Sepatu

Sep 7, 2020

10 tahun lagi mau jadi apa?

Sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik untuk seseorang yang telah memasuki usia kepala tiga seperti saya. Jika pertanyaan itu disampaikan saat usia 20-25 tahun, mungkin saya akan masih semangat menjawabnya, sembari membual tentang ini itu tanpa peduli apa yang terjadi setelahnya. By the way, pertanyaan di atas adalah sebuah pertanyaan di sebuah form yang harus saya isi ketika saya hendak memesan sebuah buku berjudul Shoes Strategy. Sebuah buku yang ditulis oleh seorang teman yang pada usia muda sudah mencapai banyak hal. Melalui buku ini, ia ingin berbagi pengalaman kepada generasi muda tentang bagaimana meraih banyak prestasi di usia muda, lebih spefisiknya sebelum 30 tahun.

Lalu, kenapa saya baca buku ini sementara usia saya saat ini sudah lewat 30 tahun?

Sejujurnya, tujuan saya membeli buku ini adalah untuk belajar cara menerbitkan buku secara indie (buku Shoes Strategy didistribusikan secara independen. Kamu tak akan menemukannya di Gramedia).

Belajar menerbitkan buku secara indie? Memang ingin jadi penulis?

Entah. Tapi di lubuk hati terdalam, saya ingin menerbitkan setidaknya satu buku seumumur hidup, walaupun mungkin cuma sebuah photobook (buku kumpulan foto-foto). Dulu saya sempat menulis draft novel tapi tidak pernah selesai dan tidak punya rencana untuk menyelesaikannya.

Kembali ke pertanyaan tadi. Jika pertanyaan itu ditanyakan secara langsung kepada saya. Di sebuah tempat ngopi, misalnya. Mungkin saya akan curcol panjang lebar tentang tujuan saya dalam kurun waktu 10 mendatang. Kalau boleh jujur, apa yang saya jalani saat sedikit banyak sudah sesuai dengan apa yang saya angan-angankan beberapa tahun lalu saat mendekati akhir masa kuliah. Impian saya waktu itu sederhana saja. Saya ingin menjadi seseorang yang punya kebebasan waktu tapi bukan pengangguran. Sekarang, hal itu sudah saya dapatkan. Sebagai seorang full-time blogger, saya bebas menentukan kapan saya bekerja, istirahat, atau bahkan liburan. Sebuah kebebasan yang — menurut saya — begitu berharga karna tak semua orang punya.

Sebenarnya, saat dulu memimpikan untuk menjadi seseorang yang punya kebebasan waktu seperti sekarang, saya tak medeskripsikan secara spesifik untuk menjadi seorang blogger. Saat itu masih abstrak aja gitu. Tapi jalan hidup ternyata membawa saya untuk sampai ke sini. Alhamdulillah. Saya sangat mensyukurinya.

Apakah sudah puas hanya dengan menjadi seorang blogger? Tentu tidak. Saat ini saya sedang menyusun rencana — sekaligus mengumpulkan modal — untuk membangun tim dan pada akhirnya nanti membuat sebuah perusahaan kecil.

Setelah membaca buku teman saya tadi (namanya Emmy, btw) dan menghubungkannya dengan rencana saya ke depan, ternyata masih ada relevansi yang saya temukan.

Seperti yang saya bilang di awal, Shoes Strategy adalah buku tentang bagaimana Emmy mencapai banyak hal di usia sebelum 30. Ia membagikan strategi-strategi yang ia telah terapkan untuk mencapai hal-hal itu lewat buku ini. Tema besar bukunya sendiri adalah pengembangan diri. Tidak terlalu tebal karna fokus buku ini adalah pada praktik, bukan pembahasan teori atau cerita-cerita inspiratif yang lazim di temui pada buku-buku pengembangan diri. Di bagian akhir tiap poin strategi, pembaca akan diminta untuk menuliskan strategi konkrit apa yang hendak ia lakukan setelah selesai membaca tiap poin strategi.

Banyak poin yang rupanya cukup relevan untuk diterapkan oleh manusia kepala tiga seperti saya. Beberapa poin juga menjadi pengingat tentang nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seorang pemimipin atau orang yang ingin berkembang secara umum. Saya belajar cukup banyak dari buku ini. Sebuah buku yang cukup to the point.

10 tahun lagi, ya?

Sebagaimana yang sering saya lakukan akhir-akhir ini. Saya mungkin akan sedang berada di sebuah coffee shop sembari menyelesaikan sebuan postingan blog atau barangkali sedang berdikusi dengan tim kecil saya untuk sebuah project baru. Dan semoga coffee shop itu adalah coffee shop saya sendiri :). Amiin.