Akhirnya, Bisa Nonton Konser Payung Teduh

Dec 9, 2015

Sejak pertama kali mendengarkan lagu Cerita Tentang Gunung dan Laut, saya langsung penasaran dengan Payung Teduh. Ketika mendengar lagu Untuk Perempuan yang Sedang Dalam Pelukan, rasa penasaran saya pada Payung Teduh pun kian bertambah

Melalui sebuah wawancara di sebuah talk show yang saya tonton via YouTube, saya tahu asal usul band ini. Menurut Is, band ini dibentuk atas dasar ketidak sengajaan. Is (gitar dan vokal) dan Comi (bass betot) sering nongkrong di sekitaran danau UI sambil main musik. Rupanya, banyak orang yang suka dengan permainan musik mereka hingga mereka melakukan semacam penggalangan dana untuk membentuk band yang kemudian kita kenal dengan nama Payung Teduh

Beberapa kali saya menonton video live Payung Teduh di YouTube dan cukup kagum dengan performa mereka. Sebuah kekaguman yang memunculkan rasa penasaran untuk menonton aksi panggung mereka secara lamgsung

Sebenarnya, dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir Payung Teduh sering main di Solo dan Jogja. Namun, ketidak beruntungan – yang seringnya karna ga ada teman – membuat saya tak bisa menonton aksi panggung mereka

Hingga suatu malam ketika sedang nongkrong di wedangan bersama teman, saya diajak untuk nonton konser Payung Teduh di UGM. Konser itu diadakan tanggal 6 Desember 2015 di fakultas teknik. Dia bilang akan membeli dua buah tiket dan saya tinggal berangkat saja. Saya tentu merasa sangat senang dan excited menunggu hari H

Tapi….

Cuaca pada Sabtu malam sebelum hari H di kota Solo lumayan mendung. Walau tidak sampai hujan, langit yang gelap tetap membuat banyak orang was-was. Mendung yang ada pada malam itu seolah turun lebib rendah dan hanya berjarak beberapa jengkal di atas kepala saya. Hanya di atas kepala saya seorang. Dengan sebuah alasan yang jelas, teman saya terpaksa tidak jadi ikut nonton. Saya sempat bingung dan dilema. Antara tetap berangkat tapi sendiri atau tidak berangkat dengan potensi menyesal

Akhirnya saya mencoba untuk menghubungi beberapa teman yang kira-kira suka dengan musiknya Payung Teduh. Sebenarnya, saya hanya menghubungi satu orang saja yang …. you must be know. Sebenarnya dia mau, tapi karna hari Senin dia mau sidang skripsi maka saya tak mungkin mengajaknya

Saya pun mencari alternatif lain. Singkatnya, saya menonton Payung Teduh bersama seorang teman yang kebetulan masih tinggal di Jogja.

Ekspektasi saya benar-benar terpenuhi. Payung Teduh benar-benar menyuguhkan sebuah tontonan yang berkelas sekaligus menghibur. Permainan gitar akustik dari Is benar-benar membuat saya larut dalam irama melow. Sejujurnya, menikmati musik Payung Teduh akan lebih nyaman sambil duduk lesehan. Sayangnya, hal itu tidak bisa saya lakukan dengan leluasa karna banyak penonton yang lebin memilih berdiri (ini sebenarnya lebih karna terpaksa karna jumlah penonton yang melebihi target panitia sementara venue yang disediakan panitia tidak seluas stadion bung karno)

Dengan aliran musik yang lebih cenderung agak kekeroncong-keroncongan, penggemar Payung Teduh harusnya adalah para generasi X. Tapi, fakta menunjukkan bahwa hampir semua pengunjung konser kemaren adalah generasi Y yang mayoritas merupakan mahasiswa UGM

Lagipula, musik itu bukan soal umur. Tapi soal selera